Pemerintah mengakui telah terjadi
pertumbuhan koperasi syariah yang begitu pesat dalam kurun waktu dua hingga
tiga tahun belakangan. Menjamurnya koperasi berbasis syariah ini,disebabkan
banyaknya pondok pesantren yang terlibat mendirikan koperasi-koperasi syariah.
Sehingga pola yang diterapkan bisa diterima masyarakat. “Koperasi Syariah saat
ini menjadi primadona bagi pergerakan koperasi. Dan ini bisa menjadi contoh
koperasi yang lain,”kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Syarifudin Hasan di Solo,Jawa Tengah,Minggu(15/7)
Lebih jauh kata Syarifudin,kemajuan
koperasi syariah ini tidak hanya terjadi di wilayah barat Indonesia saja.
Menjamurnya koperasi syariah juga terjadi di wilayah-wilayah timur
Indonesia,termasuk pedalaman Papua dan Maluku.
Mantan ketua FPD DPR ini menambahkan
kondisi tersebut sangat membantu berkembangnya ekonomi daerah pedalaman di
Indonesia pada bagian timur. Memang,secara makro,untuk wilayah timur Indonesia,pertumbuhan
ekonominya saat ini masih mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.
“Terutama wilayah NTT,Papua dan Papua barat yang benar-benar perlu mendapatkan
perhatian serius. Karena karakter wilayahnya yang sangat berbeda,” paparnya
tanpa menjelaskan lebih rinci alasan ketiga wilayah tersebut perlu mendapatkan
perhatian.
Lebih lanjut Syarif Hasan mengatakan
,pertumbuhan koperasi,baik berbentuk umum maupun berbentuk syariah,sedikit
banyak ikut membantu pertumbuhan pendapatan perkapitalnya.
Syarif mengklaim pada 2011
lalu,pertumbuhan pendapatan kapital Indonesia naik menjadi USD 3345.
Bahkan pihaknya optimis pada 2014
nanti,pendapatan per kapita Indonesia akan mengalami kenaikan sebesarnya
USD4000 per tahunnya. “kenaikan pendapatan per kapita itu wajar,karena
pertumbuhan ekonominya ini mengalami
Kenaikan 113% begitu pula pada 2013 naik 10% dan 2014 nanti naik menjadi
8%,”jelasnya.
Meskipun dari 192.433 koperasi yang
tersebar di Indonesia,20 persennya mati suri,kondisi tersebut tidak akan
mempengaruhi penumbuhan koperasi syariah yang berperan terhadap pertumbuhan
perekonomian secara nasional.
Ditempat terpisah, Hasil kajian
riset Kelompok Studi Pedesaan Universitas Indonesia menemukan bawa “intrusi
kapitalisme” yang kian mendalam adalah salah satu factor paling utama mengapa
koperasi di Indonesia belum bisa berkembang dengan baik, “Dan juga ditambah
dengan berkembangnya demokrasi liberal di Indonesia ,” kata anggota peneliti
Kelompok Studi Perdesaan Universitas Indonesia Nia Elvina, MSi di
lakarta,Sabtu.
Nia mengemukakan kondisi “mati
suri”nya koperasi tersebut menyebabkan lunturnya atau lemahnya rasa solidaritas
dan kesadaran akan harga diri yang merupakan basis utama berdirinya koperasi
yang baik. Dalam situasi semacam itu. Orang lebih cenderung mengutamakan
kepentingan pribadi dan merasa terlepas dari ikatan masyarakat “Partisipasinya
masyarakat untuk memperjuangkan dan membela kepentingan bersama itu mengalami
degradasi yang sangat tajam,”ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar